Tahun
2003 merupakan sebuah tahun “serba pertama” bagi Nike. Perusahaan
tersebut memperoleh pendapatan tertinggi dalam sejarahnya dan juga
menghasilkan lebih banyak pendapatan di luar Amerika Serikat untuk
pertama kalinya. Meskipun demikian, perusahaan terus menghadapi
kontroversi dalam sejumlah bidang, seperti etika produksi, tuntutan
hukum, dan kritik terhadap bayaran tinggi untuk para atlet. CEO Phil
Knight tampaknya menyadari bahwa pandangannya mengenai Nike dan
pandangan publik mungkin tidak selalu sejalan
Visi dan misi perusahaan Nike
Visi : membawa inspirasi dan inovasi bagi semua atlet di dunia
Misi: Menjadi penjual terbesar sepatu dan pakaian atletik di dunia.
Kinerja dan keandalan sepatu, pakaian, dan perlengkapan, pengembangan produk baru, harga, identitas produk melalui pemasaran dan promosi, serta dukungan dan pelayanan konsumen adalah aspek penting persaingan dalam industri sepatu, pakaian, dan perlengkapan atletik. Kami yakin, kami kompetitif dalam semua bidang itu. Perusahaan bertujuan memimpin kewarganegaraan perusahaan melalui program proaktif yang mencerminkan kepedulian terhadap keluarga Nike di seluruh dunia, rekan tim, konsumen, dan mereka yang memberikan pelayanan kepada nike.
CEO Nike, Ltd Phil Knight
Visi dan misi perusahaan Nike
Visi : membawa inspirasi dan inovasi bagi semua atlet di dunia
Misi: Menjadi penjual terbesar sepatu dan pakaian atletik di dunia.
Kinerja dan keandalan sepatu, pakaian, dan perlengkapan, pengembangan produk baru, harga, identitas produk melalui pemasaran dan promosi, serta dukungan dan pelayanan konsumen adalah aspek penting persaingan dalam industri sepatu, pakaian, dan perlengkapan atletik. Kami yakin, kami kompetitif dalam semua bidang itu. Perusahaan bertujuan memimpin kewarganegaraan perusahaan melalui program proaktif yang mencerminkan kepedulian terhadap keluarga Nike di seluruh dunia, rekan tim, konsumen, dan mereka yang memberikan pelayanan kepada nike.
Sejarah
Philip
Knight, seorang pelari jarak jauh yang berdedikasi, menyusun rencana
untuk membuat sepatu lari berharga murah di Jepang dan menjualnya di AS
sebagai bagian dari tugasnya untuk meraih gelar MBA di Stanford
Univercity setelah lulus. Knight bekerja sama dengan Bill Bowerman,
mantan pelatih larinya di Univercity of Oregon, untuk mewujudkan
rencananya dengan mendirikan Blue Ribbon Sports pada tahun 1964. Sepatu
Blue Ribbon Sports memperoleh sambuta baik di antara para pelari
profesional karena Knight mendistribusikan sepatu, yang disebut Tigers,
di pertadingan lari. Pada tahun 1971, Blue Ribbon Sports menerima sebuah
merek dagang pada logo “Swoosh” dan merek Nike juga diperkenalkan. Blue
Ribbon Sports secara resmi mengubah namanya menjadi Nike pada tahun
1978. Selama akhir tahun 1970an dan awal 1980an para peneliti Nike
menggunakan keahlian teknologi mereka untuk mengembangkan beberapa tipe
sepatu atletik yang merevolusi industri. Perusahaan ini menjadi kian
sukses setiap tahun degan laba yang terus meningkat selama masa
tersebut.
Pada tahun 1988, Nike membeli Cole Haan yang berbasis di New Hampshire,
dengan harga sebesar $64 juta. Cabang tersebut saat ini memliki beberapa
merek dagang, seperti CH, Gseries ileh Cole Haan, Bragano, dan Cole
Haan. Bisnis sepatu kasual Nike tumbuh sebesar 16 persen pada tahun
berikutnya. Nike juga membeli Cole Haan Accesories Company pada tahun
1990, sebuah distributor ikat pinggang, penjepit, dan produk kulit kecil
berkualitas tinggi premium. Pada tahun yang sama, Nike membuka toko
ritel pertamanya, NikeTown, di Portland. Oregon, Nike membeli sebuah
perusahaan pembuat topi bernama Sports Specialties (kini disebut Nike
TeamSports, Inc) pada tahun 1993, dan pada tahun 1994, divisi Outdoor
menambah sebuah sepatu baru yang dinamakan “Air Mada” dan sandal
olahraga Nike menduduki penjualan teratas di pasaran. Pada tahun 1995,
Nike membeli Canstar Sports Inc. (produse peralatan hoki terbesar di
dunia), seniali $409 juta. Canstar, kini bernama Bauer Nike Hockey, Inc,
memproduksi sepatu luncur, sepatu luncur es, dan bermata pisau
(blades), perlengkapan pelindung, stik hoki, dan kaos hoki. Koleksi
pakaia basket Michael Jordan diluncurkan pada tahun 1998. Pakaian yang
didesain untuk pria muda yag ingin “tampil modern” ditambahkan ke
koleksi Michael Jordan, dan bintang olahraga Randy Moss dan Derek Jeter
disewa untuk mempromosika merek Jordan pada tahun 1999. Merek baru yang
disebut CG (All Conditions Gear) yang menjual perlengkapan untuk
berseluncur es, berselancar, menyelam, dan bersepeda gunung diluncurkan
pada tahun 1999.
Kondisi Saat Ini
Dalam
beberapa tahun terakhir ini perusahaan membuat beberapa perubahan
sebagai upaya memperoleh pangsa pasar serta menawarkan beragam produk
sepatu dan pakaian olahraga. Dua toko Nike Goddess, yang menjual pakaian
dan sepatu wanita, di buka di Los Angeles pada tahun 2001 Nike membeli
Impact Golf Technologies pada tahun 2002 sehingga perusahaan dapat
memproduksi stik golf. Nike mulai menjual 3 merek pakaian pada musim
semi tahun 2002 guna menyediakan merek yang berbeda untuk jenis konsumen
yang berbeda. Nike Performance (untuk atlet) , Nike Active
(perlengkapan “gimnasium dan jalan”) dan Nike Fusion (pakaian gaya yang
dibuat dari kain berkualitas tinggi). Pada bulan September 2003 Nike
membeli Converse seharga $350 juta untuk meningkatkan penawarannya dalam
pasar sepatu retro populer dan klasik saat ini. Merek Hurley
perusahaan, yang dibeli pada tahun 2002, menjual sepatu dan pakaian anak
muda untuk menyelam, berselancar, dan berseluncur es.
Pada tahun yang sama. Foot Locker mengumumkan akan membeli sekitar
separuh produk Nike di masa mendatang, karena keputusan perusahaan yang
menetapkan bahwa Foot Locker akan menjual sepatu lebih murah dan tidak
semahal sepatu Nike. Hal tersebut merupakan sebuah persoalan besar
karena 10,9 persen pendapatan Nike berasal dari Foot Locker, pada tahun
2002 ($800 juta dalam harga grosir).
Persaingan
Industri
sepatu atletik telah berubah secara dahsyat sejak “sepatu karet”
ditemukan. Pada tahun 1873, “sepatu karet” dibuat dari bahan karet dan
kampas India. Dunlop menjadi penjual sepatu karet dominan pada tahun
1938. Keds dan PF Fliers mendominasi pasar anak-anak pada tahun 1960-an.
Merek standar dewasa seperti Adidas dan Converse disambut baik oleh
para penggemar olahraga selama bertahun-tahun. Ketika Nike memasuki
pasar tersebut pada akhir 1960-an, industri berubah untuk seterusnya.
Selain persaingan baru, gaya hidup mulai berubah dan perusahaan
mengontrak produsen dan bukan berinvestasi dalam pabrik dan peralatan
untuk memproduksi produk mereka sendiri.Pesaing utama dalam industri
sepatu atletik adalah Nike dan Reebok, yang masing-masing menguasai 39
persen dan 11 persen pangsa pasar.
Reebok International Ltd
Reebok mendesain dan membuat sepatu dan pakaian olahraga untuk dijual di
seluruh dunia. Perusahaan tersebut menjual sepatu atletik dalam
kombinasi warna yang berbeda untuk aerobik, bersepeda, voli, fitnes,
lari, basket, sepakbola, joging, dan sepatu anak-anak, dan belum lama
ini mendiversifikasi penawarannya ke lebih banyak jenis sepatu kasual,
pakaian olahraga, dan jenis sepatu atletik lainnya, serta peralatan
terkait olahraga.
Persaingan Internasional
Persaingan meningkat di Eropa. Adidas-Salomon AG, sebuah perusahaan
Jerman merupakan penjual sepatu atletik nomor satu di Eropa dan nomor
dua di dunia. Para analis yakin bahwa bisnis yang baik di pasar Eropa
adalah penting demi berlanjutnya kesuksesan perusahaan dalam industri
sepatu atletik. Penjualan Nike di Eropa, Asia, Kanada, dan Amerika Latin
naik menjadi hampir 4,4$ miliar pada tahun 2002 dan menjadi $5.127
miliar pada tahun 2003.
Adidas, pesaing utama asal Eropa, berjuang untuk mempertahankan
15% pangsa pasar kompetitifnya untuk sepatu atletik seluruh dunia.
Adidias didirikan tahun 1948 dan memilki bintang olahraga seperti Al
Oerter dan Kareem Abdul-Jabbar (NBA) yang, mengiklankan produknya.
Kondisi Ekonomi
Total
penjualan sepatu atletik AS pada tahun 2002 menjadi $15,69 miliar,
mewakili kenaikan 2,5 persen dibandingkan tahun 2000. Sejak musim gugur
kepercayaan konsumen menurun dan perlambatan pertumbuhan ekonomi secara
umum berlanjut hingga 2003. Setelah seranga teroris 11 September 2001,
ekonomi AS terus terhuyung dan terjadi penurunan tajam dalam permintaan
sepatu atletik. Produsen sepatu atletik juga mengalami krisis ekonomi di
sejumlah pasar internasional. Selain itu, pengaruh fluktuasi mata uang
asing dan perubahan tingkat bunga berpotensi menimbulkan persoalan
keuangan untuk produsen sepatu atletik. Peralihan mata uang ke Euro juga
menimbulkan sejumlah tekanan di negara-negara Uni Eropa yang belum lama
ini harus mengubah mata uang mereka.
Sebagian besar perusahaan sepatu atletik melakukan kontrak dengan
perusahaan produsen di Tempat Jauh untuk memproduksi sepatu mereka.
Beberapa negara yang memproduksi sepetu untuk Nike, Reebok, dan
perusahaan lain adalah Korea Selatan, Taiwan, Cina, Thailand, Malaysia,
dan Indoensia. Keuntungan pertama dari kontrak produksi asing adalah
bahwa tidak ada investasi modal yang diperlukan dan perusahaan sepau
atletik dapat beroprasi dengan sangatr sedikit utang jangka panjang. Ada
pula beberapa kerugian untuk kontrak produksi. Sejumlah negara, seperti
Korea, yang memproduksi sepatu atletik dalam jumlah besar di masa lalu
telah membangun keahlian dan hubungan untuk mulai memproduksi produk
elektronik yang lebih canggih dan tidak memiliki kapasitas tersedia
untuk terus memproduksi sepatu atletik. Beberapa kerugian lain produksi
di luar negeri meliputi kerusuhan buruh, ketidaktentraman politik,
keterlambatan karena pengiriman, dan ketidakpastian sistem kuota
(embargo).
Faktor Sosial
Dalam
beberapa tahun terakhir, konsumen telah mengubah pandangan mereka
mengenai sepatu/pakaian atletik sebagai aksesoris fesyen. Perusahaan
sepatu atletik mulai menghadapi kesulitan menjual produk mereka ke pasar
orang muda pada tahun 1997, terkait pergeseran permintaan kaum muda ke
sepatu bot untuk panjat tebing dan sepatu kulit kasual. Paling baru,
fesyen untuk sepatu atletik adalah sepatu atletik yang tampak klasik
atau bergaya retro.
Usia konsumen potensial menimbulkan sejumlah tantangan unik bagi
perusahaan sepatu/pakaian ateltik. Anak-anak generasi Y menyaingi ukuran
generasi baby-boom ; sebanyak 60 juta dan akan menjadi sebuah pasar
yang signifikan di masa mendatang. Konsumen generasi Y lebih menyukai
pakaian olahraga yang berorientasi fesyen dibanding pakaian merek
atletik. Popolasi generasi Y merespon secara berbeda terhadap iklan
dibanding generasi lainnya. Saat ini popularitas olahraga sebagai
pengisi waktu bagi baby-boomer tidak lagi sebesar pada tahun 1990-an,
tetapi permintaan akan sepatu/pakaian untuk kegiatan santai terus
meningkat untuk kelompok ini.
Perubahan gaya hidup kaum wanita bmuda tampaknya akan memengaruhi
indistri. Sejak pertengahan 1990-an, wanita membeli lebih banyak sepatu
atletik dibanding pria. Selain itu saat ini lebih banyak wanita muda
yang tertarik dan menggemari olahraga dibanding generasi wanita muda
sebelumnya.
Persoalan Hukum/Peraturan
Pasar
global memiliki banyak pembatasan hukum yang produsen septu atletik
harus pertimbangkan. Baik perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara
maupun perjanjian bersama tentang tarif dan perdagangan memberikan akses
yang lebih baik ke perdagangan dunia.
Faktor Internal Nike
Lama
faktor internal utama Nike adalah upaya penelitian dan pengembangan
superior untuk produk perusahaan, keahlian pemasaran/distribusi,
tanggung jawab sosial, gaya/budaya manajemen, dan hasil keuangan.
Penelitian dan Pengembangan Nike
Nike
mampu mengikuti kemajuan teknologi karena sebagian besar penelitian dan
pengembangan dalam industri sepatu atletik merupakan inovasi desain dan
tidak membutuhkan investasi besar dalam peralatan. Perusahaan membentuk
laboratorium penelitian olahraga Nike yang menggunakan kamera video dan
peralatan penguji daya tarik serta meneliti beberapa jenis persoalan.
Perusahaan juga menggunakan pengetahuan teknologinya untuk
menyempurnakan pakaian olahraga. Selain pekerjaan laboratorium, para
designer Nike juga mengunjungi para atlet untuk mempelajari lebih banyak
mengenai teknologi septu. Nike terus bergantung pada pengembangan
teknologi superior untuk mendiferensiasikan produknya dari pesaing.
Pemasaran
Karena
Nike sebenarnya tidak memproduksi sepatu, fokus utama perusahaannya
adalah menciptakan dan menawarkan produknya. Nike menjual produknya
secara online melaluiwww.nike.com dan Phil Knight setiap hari bertemu
dengan tim Internet. Toko online menjual beragam produk termasuk sepatu,
perlengkapan, dan pakaian. Nike memosisikan produknya sebagai sepatu
berkinerja tinggi yang didesian dengan fitur teknologi canggih. Pasar
sasaran umum sepatu atletik Nike adalah pria dan wanita antara usia 18
dan 34. Saat ini, strategi Nike adalah memilih wanita sebagai target
secara agresif. Perusahaan mendirikan toko Nike Goddess dan mulai lebih
melakukan pemasaran kepada wanita yang memiliki “gaya hidup aktif”.
Nike mengiklankan produknya dengan berbagai cara dan menargetkan
iklannya pada kelompok atau jenis orang yang spesifik. Pengeluaran untuk
iklan adalah sebesar $1,0279 miliar pada tahun 2002 dan $1,168 miliar
pada tahun 2003. Perusahaan terus melakukan pengeluaran untuk iklan TV
selama acara olahraga profesional dan kampus, program jam tayang utama,
dan program tengah malam. Iklan jam tayang utama dimaksudkan untuk
meraih cakupan luas orang dewasa dan iklan TV tengah malam ditujukan
bagi kalangan dewasa muda. Media cetak juga sangat penting dalam
mengiklankan produk Nike.
Bintang-bintang iklan Nike meliputi Michael Jordan, Andre Agassi, Mia
Hamm, Marion Jones, Brandi Chastain, Vince Carter, David Duval, Kobe
Bryant, dan Tiger Woods. Upaya pemasaran internasional berlanjut. Nike
mempunyai operasi di 200 negara di 6 benua.
Distribusi
Nike
membuka sebuah pusat distribusi pakaian seluas 63.000 square feet di
Memphis pada tahun 1992 yang dinamakan Nike Next Day. Sepatu
didistribusikan dari pusat di Greenland, New Hampshire; Wilsonville,
Oregon; dan Memphis, Tennessee. Pakaian Nike dikirim dari pusat
didistribusikan dari Costa Mesa, California.
Knight khawatir bahwa Nike akan kehilangan citranya sebagai sepatu
olahraga yang unggul secara teknis jika pemasaran internasional tidak
dipantau secara teliti. Nike telah membeli operasi distribusi banyak
distributornya di seluruh dunia untuk mengontrol pemasaran produknya.
Iklan Nike
TEMA
|
GAMBARAN
VISUAL
|
“Hangtime”
|
Promosi sepatu basket Air
Jordan yang menampilkan Michael Jordan dan Spike Lee.
|
“Revolution”
|
Lagu
Beatles “Revolution” dimainkan dan gambar bintang-bintang olahraga
ditampilkan.
|
“Bo
Knows”
|
Mengilustrasikan
beragam sepatu Nike (20 kategori olahraga berbeda).
|
“Just
Do It”
|
Menunjukkan
orang-orang dari berbagai sisi kehidupan yang berlatih dengan sepatu Nike.
|
“Multiple
Bo’s”
|
Bo
Jackson bertemu Sonny Bono dan empat belas Bo Jackson lainnya yang mewakili
olahraga berbeda.
|
“Rock
and Roll Tennis”
|
Andre
Agassi menunjukkan keterampilan tenisnya dalam format video rock.
|
“I’m
not a roll model”
|
Charles
Barkley mengatakan bintang olahraga bukanlah teladan, tetapi orang tua
seharusnya menjadi teladan.
|
“Aerospace
Jordan”
|
Karakter
kartun Bugs Bunny, Looney Tunes, penjaga pantai Marvin Martin, dan Michael
Jordan bepergian ke Mars. (Super Bowl XXVII)
|
“Air
Swoopes”
|
Iklan
dengan bintang Sherly Swoopers yang memeperkenalkan sepatu basket Air Swoopes
dam menggunakan sponsorship Nike dalam tim basket wanita AS untuk Olimpiade.
|
“Broad-Minded”
|
Iklan
yang dibintangi oleh Tiger Woods, dengan pernyataan, “ Kami bukan sekadar
sepatu kampas dan kulit. Kami besar dan berpikiran luas”
|
“Date”
|
Tim
sepakbola wanita AS mengatakan “kami akan menghadapi dunia sebagai satu tim”
dan semua anggota tim ini berkencan dengan satu orang.
|
“Two
Fillings”
|
Semua
Tim Sepakbola Wanita AS menginginkan pengganti ketika Brando Chastain
mengatakan dia memiliki dua pengganti. Tiap wanita berdiri dan berkata, “Saya
akan memiliki dua pengganti”.
|
“Chicks
Dig the Long Ball”
|
Pitcher
Tom Glavine dan Greg Maddox berusaha memperoleh perhatian Heather Locklear
dari Mark McGwire.
|
Tanggung Jawab Sosial
Nike
telah dikritik dalam beberapa tahun terakhir karena praktik pekerjaan
di tempat produksi internationalnya. Sejumlah konsumen mempersoalkan
praktik eksploitatif para manajer di beberapa negera Asia. Misalnya,
pada tahun 2001, manajer pabrik yang membuat produk Nike di Indonesia
dituduh melaksanakan pelecehan seksual, penyiksaan fisik dan verbal,
pembatasan layanan kesehatan, dan pemaksaan lembur. Selain itu, beberapa
dari manajer tersebut diduga menyuruh karyawan yang berlaku tidak
pantas atau terlambat masuk kerja untuk berlari keliling atau
membersihkan toilet. Nike berjanji untuk menyelidiki dan memperbaiki
kapan pun kondisi yang tidak pantas terjadi.
Pertama kali, perusahaan membentuk sebuah departemen buruh sosial tahun
1996 dan pada tahun 1998 posisi Wakil Direktur Tanggung Jawab Sosial pun
dibuat. Pada tahun 1998, Nike bergabung dngan Asosiasi Keadilan Buruh
(Fair Labour Association – FLA), sebuah organisasi pemantau tempat kerja
buruh yang didirikan oleh unit kerja presidensial bentukan produsen
pakaian dan organisasi hak asasi manusia. Perusahaan juga bergabung
dalam Aliansi Global untuk Tenaga Kerja dan Komunitas (Global Alliance
for Workforce Communities – GAWC), sebuah kelompok bisnis yang bertujuan
meningkatkan kehidupan kerja buruh pabrik. Selain keanggotaannya dalam
FLA dan GAWC. Nike mengembangkan suatu proses untuk memastikan bahwa
pabriknya mematuhi kode etik perusahaan.
Gaya/Budaya Manajemen
Phil
Knight telah menciptakan budaya yang kuat di Nike berdasarkan loyalitas
perusahaan dan kebersamaan di ruang loker. Kebanyakan karyawan
perusahaan adalah orang muda yang sadar kesehatan dan Knight mempercayai
karyawan tersebut untuk “Lakukan Saja” (“Just Do It”). Filosofinya
adalah “Main sesuai aturan, tetapi jadilah garang… Tidak mengapa menjadi
Goliat, tetapi selalulah bertindak seperti Daud” (“Play by the rules,
but be ferocious… It’s all right to be Goliath, but always always aet
like David”). Kampus perusahaan Nike yang seluas 74 aker (acre)
memberikan perasaan berbudaya memiliki daerah hutan, jalur lari, sebuah
danau, dan sebuah pusat kebugaran. Knight percaya bahwa orang harus
menemukan suatu “perasaan damai di tempat kerja”.
Bagan Organisasi Nike
Keuangan / Akuntansi
Selama
masa pertumbuhan pesatnya, para manajer Nike diberi kebebasan
pengeluaran untuk mengembangkan dan memasarkan produk perusahaan.
Setelah pemberhentian pemangkasan biaya dan pencarian efisiensi yang
dimulai pada tahun 1998, para wakil direktur mulai menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menyadarkan karyawan mengenai perlunya akuntabilitas
keuangan. Pada tahun 1998, setiap manajer daerah geografis memberikan
laporan laba rugi, dan kini sebagian kompensasi bergantung pada kinerja.
Tinjauan Masa Depan
Bahkan, dengan keterbatasan pertumbuhan AS dan ketatnya persaingan
global dasar pasar sepatu/ pakaian atletik, para manajer Nike
memperkirakan bahwa perusahaan akan berkinerja baik di masa mendatang.
Nike berusaha keras agar tingkat penjualan produk wanitanya saat ini
dapat naik menjadi dua kali lipat pada tahun 2005 ($ 1,5 miliar).
0 comments:
Post a Comment